SURABAYA
Ide baru sering mengilhami orang lain melakukan hal yang sama. Demikian juga dengan pendirian Kampoeng Cyber oleh Ir Budi Juniarto MMT di Rungkut Asri Utara. Tiga hari setelah di-launching, 5 Agustus lalu, masyarakat di tempat lain langsung mengadopsi ide ini.
Beberapa hari terakhir ini Budi Juniarto, 41, terlihat super sibuk. Aktivitasnya bertambah padat. Pulang kantor sebagai salah satu PNS di Bappeprov Jatim, dia harus meluangkan waktunya lebih dari 10 jam untuk melayani tamu-tamu dan cangkrukan dengan warga.
Perubahan drastis ritme keseharian Budi terjadi setelah Kampoeng Cyber di rumahnya, Jl Rungkut Asri Utara 11, diresmikan 5 Agustus 2007 lalu. Istimewanya, peresmian Kampoeng Cyber dilakukan Menteri Komunikasi dan Informasi (Mekominfo), Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA langsung. Lebih istimewa lagi, Menkominfo yang meresmikan adalah tetangga Budi. Rumah Nuh hanya berjarak satu rumah. “Sebuah kebetulan yang tak pernah saya duga sebelumnya,” ujar Budi kepada Surya, Rabu (8/8).
Wajar kalau bapak dua anak ini mengatakan demikian karena ide mendirikan Kampoeng Cyber sudah muncul sejak empat bulan lalu. Awalnya juga sangat sederhana. Dari hasil sering cangkrukan malam hari dengan orang di sekitar rumahnya muncul gagasan ini.
Dalam setiap obrolan cangkrukannya, Budi sering menyampaikan pentingnya informasi teknologi (IT) termasuk bagi orang kampung. “Filosofi saya, internet adalah jendela dunia. Tanpa ada sekat dan batasan apa pun,” jelasnya.
Menyikapi ide Budi itu, orang kampung awalnya apatis. IT dinilai sebagai sesuatu yang utopis bagi orang kampung. “Boro-boro pakai internet, wong komputer saja tak punya,” cerita Budi menyampaikan celetukan sejumlah warga kampungnya.
Mendapati hal itu, suami Dra Andromeda Qomariah MMT ini tak patah arang. Dia mencari cara lain. Caranya, selalu membawa laptop setiap cangkrukan untuk memperlihatkan betapa pentingnya internet. Berbekal laptop itu, Budi menunjukkan berbagai manfaat internet, mulai dari mencari informasi sekolah, obat, harga sembako, sampai menunjukkan lokasi rumah sejumlah warga lewat google earth.
Cara persuasi tersebut berhasil. Sejumlah warga perlahan-lahan menyadari pentingnya IT bagi wong kampung. “Saat mereka sadar itulah, saya menyampaikan ide untuk membuat Kampoeng Cyber. Tempat cangkrukan orang kampung membuka jendela di dunia lewat dunia maya. Dan alhamdulillah warga mendukung,” imbuh Budi.
Untuk mewujudkan idenya, pria kelahiran Lumajang 27 Juni 1966 ini mengaku terkendala dana karena biaya yang dibutuhkan cukup mahal. Akhirnya ia terpaksa menjual mobil Honda Stream miliknya seharga Rp 135 juta. Uang ini yang dipakai membeli 10 set komputer, merenovasi rumah menjadi nyaman, menyiapkan bandwith, dan membeli sejumlah peralatan lain. Ini termasuk membuat situs www.kampoengcyber.com. “Khusus bandwith, saya menggunakan Radnet. Kebetulan gratis karena pertolongan teman,” imbuhnya.
Saat diuji coba, jaringan internet lewat Kampoeng Cyber milik Budi bisa diakses sejauh 1,5 kilometer. Ini membuat semua 'warga kampung' yang tinggal di sekitar rumahnya dalam radius itu bisa memanfaatkannya. Gratis lagi.
Setelah tiga hari diluncurkan dengan jam buka pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, respons masyarakat cukup positif. Sehari lebih dari 40 orang datang. Untuk melayani banyaknya pengunjung yang datang, Budi sampai mempekerjakan tiga orang tetangganya untuk membantu.
Budi semakin bangga ketika tahu yang memanfaatkan Kampoeng Cyber tidak hanya warga kampung yang tinggal di sekitar rumahnya tetapi juga warga wilayah lain di Surabaya dan Sidoarjo. Sebut saja daerah Darmo, Kutisari, Kedung Baruk, sampai Pondok Chandra Indah.
Perasaan Budi semakin membuncah, ketika sejumlah warga di wilayah lain ingin meniru apa yang dilakukannya. “Sudah tiga orang yang berminat. Semuanya saya beri support dan beri penjelasan mulai A sampai Z agar segera membuat kampung cyber ditempatnya,” tukas alumnus S1 Untag dan S2 dari ITS ini.
Melihat perkembangan yang terduga tersebut, Budi mengaku hanya bisa mengucap syukur karena ide untuk memelkkan masyarakat kampung memberi berkah.
by surya.co.id
Ide baru sering mengilhami orang lain melakukan hal yang sama. Demikian juga dengan pendirian Kampoeng Cyber oleh Ir Budi Juniarto MMT di Rungkut Asri Utara. Tiga hari setelah di-launching, 5 Agustus lalu, masyarakat di tempat lain langsung mengadopsi ide ini.
Beberapa hari terakhir ini Budi Juniarto, 41, terlihat super sibuk. Aktivitasnya bertambah padat. Pulang kantor sebagai salah satu PNS di Bappeprov Jatim, dia harus meluangkan waktunya lebih dari 10 jam untuk melayani tamu-tamu dan cangkrukan dengan warga.
Perubahan drastis ritme keseharian Budi terjadi setelah Kampoeng Cyber di rumahnya, Jl Rungkut Asri Utara 11, diresmikan 5 Agustus 2007 lalu. Istimewanya, peresmian Kampoeng Cyber dilakukan Menteri Komunikasi dan Informasi (Mekominfo), Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA langsung. Lebih istimewa lagi, Menkominfo yang meresmikan adalah tetangga Budi. Rumah Nuh hanya berjarak satu rumah. “Sebuah kebetulan yang tak pernah saya duga sebelumnya,” ujar Budi kepada Surya, Rabu (8/8).
Wajar kalau bapak dua anak ini mengatakan demikian karena ide mendirikan Kampoeng Cyber sudah muncul sejak empat bulan lalu. Awalnya juga sangat sederhana. Dari hasil sering cangkrukan malam hari dengan orang di sekitar rumahnya muncul gagasan ini.
Dalam setiap obrolan cangkrukannya, Budi sering menyampaikan pentingnya informasi teknologi (IT) termasuk bagi orang kampung. “Filosofi saya, internet adalah jendela dunia. Tanpa ada sekat dan batasan apa pun,” jelasnya.
Menyikapi ide Budi itu, orang kampung awalnya apatis. IT dinilai sebagai sesuatu yang utopis bagi orang kampung. “Boro-boro pakai internet, wong komputer saja tak punya,” cerita Budi menyampaikan celetukan sejumlah warga kampungnya.
Mendapati hal itu, suami Dra Andromeda Qomariah MMT ini tak patah arang. Dia mencari cara lain. Caranya, selalu membawa laptop setiap cangkrukan untuk memperlihatkan betapa pentingnya internet. Berbekal laptop itu, Budi menunjukkan berbagai manfaat internet, mulai dari mencari informasi sekolah, obat, harga sembako, sampai menunjukkan lokasi rumah sejumlah warga lewat google earth.
Cara persuasi tersebut berhasil. Sejumlah warga perlahan-lahan menyadari pentingnya IT bagi wong kampung. “Saat mereka sadar itulah, saya menyampaikan ide untuk membuat Kampoeng Cyber. Tempat cangkrukan orang kampung membuka jendela di dunia lewat dunia maya. Dan alhamdulillah warga mendukung,” imbuh Budi.
Untuk mewujudkan idenya, pria kelahiran Lumajang 27 Juni 1966 ini mengaku terkendala dana karena biaya yang dibutuhkan cukup mahal. Akhirnya ia terpaksa menjual mobil Honda Stream miliknya seharga Rp 135 juta. Uang ini yang dipakai membeli 10 set komputer, merenovasi rumah menjadi nyaman, menyiapkan bandwith, dan membeli sejumlah peralatan lain. Ini termasuk membuat situs www.kampoengcyber.com. “Khusus bandwith, saya menggunakan Radnet. Kebetulan gratis karena pertolongan teman,” imbuhnya.
Saat diuji coba, jaringan internet lewat Kampoeng Cyber milik Budi bisa diakses sejauh 1,5 kilometer. Ini membuat semua 'warga kampung' yang tinggal di sekitar rumahnya dalam radius itu bisa memanfaatkannya. Gratis lagi.
Setelah tiga hari diluncurkan dengan jam buka pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, respons masyarakat cukup positif. Sehari lebih dari 40 orang datang. Untuk melayani banyaknya pengunjung yang datang, Budi sampai mempekerjakan tiga orang tetangganya untuk membantu.
Budi semakin bangga ketika tahu yang memanfaatkan Kampoeng Cyber tidak hanya warga kampung yang tinggal di sekitar rumahnya tetapi juga warga wilayah lain di Surabaya dan Sidoarjo. Sebut saja daerah Darmo, Kutisari, Kedung Baruk, sampai Pondok Chandra Indah.
Perasaan Budi semakin membuncah, ketika sejumlah warga di wilayah lain ingin meniru apa yang dilakukannya. “Sudah tiga orang yang berminat. Semuanya saya beri support dan beri penjelasan mulai A sampai Z agar segera membuat kampung cyber ditempatnya,” tukas alumnus S1 Untag dan S2 dari ITS ini.
Melihat perkembangan yang terduga tersebut, Budi mengaku hanya bisa mengucap syukur karena ide untuk memelkkan masyarakat kampung memberi berkah.
by surya.co.id