Ilustrasi (ist.)
Bagi seorang ibu, memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anaknya adalah sebuah kebahagiaan luar biasa dan adalah sebuah naluri alamiah seorang bayi kepada ibunya.
Hal tersebutlah yang membuat para ibu mereka tak segan memajang fotonya yang sedang menyusui di internet untuk dipamerkan ke seluruh dunia. Salah satu media untuk memamerkan adalah melalui situs jejaring atau blog.
Namun, hal tersebut ditentang oleh situs jejaring yang kini tengah populer, Facebook. Karena menganggap foto menyusui sebagai foto yang tidak layak untuk di-share, Facebook menghapus beberapa foto pengguna yang memperlihatkan sedang menyusui. Bahkan beberapa account telah dibekukan karena dianggap tidak patuh dengan aturan Facebook.
Hal itu membuat ibu-ibu geram dan membuat grup yang menyuarakan petisi, "Hai Facebook, menyusui anak bukanlah hal yang cabul!." Grup yang menyuarakan petisi tersebut kini sudah beranggotakan 7000 orang.
Dalam aturan posting foto, Facebook memang menegaskan untuk tidak memajang foto porno dan cabul. Melanggar aturan berkali-kali bahkan membuat account para pelanggar dibekukan.
Dalam menanggapi hal ini, juru bicara Facebook, Meredith Chin menyatakan, Facebook tidak menentang anggotanya untuk meng-upload foto-foto soal pemberian ASI. Namun, kenyataannya, Facebook telah menghapus konten-konten tersebut karena dianggap melanggar 'terms of use' dari Facebook. Beberapa account bahkan sudah dibekukan karena berkali-kali bandel dan melanggar aturan.
"Foto yang memperlihatkan payudara memang melanggar aturan kami dan sudah kami hapus," tutur Meredith.
Jawaban Meredith dianggap tidak beralasan, karena tidak bisa membedakan mana yang mengekspos payudara secara cabul, mana yang bukan.
"Apa yang dianggap cabul? Berpose dengan memperlihatkan payudara hingga putingnya?," ketus salah satu anggota grup dari Queensland, Australia. Menurutnya, Menyusui bahkan tidak memperlihatkan puting, jadi sangat tak masuk akal bila dikatakan foto menyusui adalah cabul.
Hingga saat ini, petisi masih berjalan. Namun Facebook masih tetap kekeuh. Bahkan, Facebook dengan tegas menyatakan, tidak akan mengembalikan account para ibu yang dianggap telah melanggar aturan dengan alasan apapun.
Kalau begitu, yang namanya porno itu tergantung pada siapa yang melihat (dan membayangkan)? Bagaimana menurut Anda?